Dunia Maya yang Maya

Sumber: https://offyourmat.com/2014/12/08/the-practice-of-perspective/street-chalk-art-optical-illusion-6/

Pembagian dunia menjadi hal yang lumrah yang sering kita jumpai sejak zaman dulu hingga hari ini. Misalnya klasifikasi dunia pertama, kedua, dan ketiga saat perang dingin, atau dunia barat dan dunia timur, atau dunia nyata dan dunia akhirat, ada juga dunia fantasi hehe.

Tulisan ini akan membahas sebuah dunia yang sebenarnya tidak cukup baru. Namun, dunia ini sekarang begitu diperhitungkan dan mempunyai nilai yang signifikan. Dunia ini membawa manusia kepada interaksi-interaksi baru yang belum pernah ada presedennya. Kabarnya, beberapa manusia bahkan lebih hidup di dunia ini dari pada di dunia nyata. Siapakah dia? Tak perlu berpikir panjang-panjang karena aslinya semua juga sudah tau hehe, ialah dunia maya.

Dunia maya lahir pasca kehadiran internet dan media sosial. Dunia ini kini mempunyai penduduk yang disebut netizen. Netizen ini bermacam-macam perangainya, layaknya seperti dunia kita yang sesungguhnya. Hanya terkadang, mereka lebih bangsat.

Kebangsatan ini berakar pada mindset yang sebenarnya agak kurang pas untuk dijadikan sebuah mindset yaitu “dunia maya adalah dunia kebebasan, tanpa aturan, tanpa etika”. Mindset tersebut muncul lantaran dunia maya memang tidak menempati teritori tertentu dan disana kita bisa menyembunyikan wajah kita atau anonim.

Keanoniman dunia maya konon bukan berarti menyembunyikan wajah, tetapi justru menampakan wajah manusia yang sesungguhnya. Manusia menjadi begitu bebas mengekspresikan dirinya melalui dunia maya dengan cara apapun, bahkan dengan cara yang tidak sopan atau melanggar norma-norma sosial yang berlaku di tempat ia tinggal sesungguhnya. Tapi toh siapa peduli? Ia anonim, tiada yang tau siapa dia sebenarnya.

Oleh karenanya, kini ketika kita akan melamar pekerjaan kita dimintai akun media sosial kita. Perusahaan kini mempertimbangkan dunia maya sebagai cerminan atas diri seseorang. Perusahaan mungkin menilai bagaimana pandangan kita terhadap sesuatu atau kecenderungan nilai-nilai yang kita anut melalui media sosial kita. Bila kiranya bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diinginkan oleh perusahaan mungkin kita akan ditolak karenanya. Kini beberapa teman mengamankan media sosialnya demi hal semacam itu. Sebuah fakta sosiologis yang menarik untuk dikaji.

Meski begitu, ada juga orang yang tetap menampakkan wajahnya di dunia maya, dan bahkan tetap begitu percaya diri melakukan “pelanggaran” norma-norma sosial yang dijunjung di tempat ia tinggal. Sesungguhnya peristiwa ini cukup mengherankan setidaknya bagi saya. Apakah dia tidak merasa malu? Sebab di dunia nyata dan dunia maya dia begitu berbeda. Di dunia maya ia berkoar-koar macam-macam dengan gayanya yang katanya funky, gaul, dan nyentrik, tapi saat bertemu dengannya langsung ia begitu pendiam dan pemalu. Sungguh, saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup bermuka jamak.

Penjelasan macam apa yang harus saya berikan ketika seseorang bertanya kepada saya mengapa saya begitu berbeda saat di dunia maya? Saya tidak mampu memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan semacam itu. Rasanya tidak mungkin saya menjawab “sebab dunia maya itu bebas, saya bisa berpendapat apapun”, sebuah jawaban klise, tanda bahwa saya bukan orang yang berpikir. Atau tidak mungkin juga saya menjawab “sebab disana saya mendapatkan banyak persetujuan dari orang-orang”, sebuah jawaban bodoh karena berarti saya terjebak pada sebuah “echo chamber”.

Kepada mereka yang mabuk dunia maya, sadarlah. Dunia maya adalah maya. Meski kita tau bahwa ia berpengaruh di dunia nyata, ia tetaplah bukan dunia nyata. Atau kalau boleh dibilang ia adalah fiksi. Sebab yang nyata adalah dunia nyata, hanya disanalah kita tergores dan benar-benar berdarah.
Tak bisa dipungkiri bahwa nyatanya sebuah social movement kini sering berangkat dari dunia maya, namun tetaplah sadar bahwa apa yang didepan matamu adalah yang nyata. Pisau di dunia maya tidak mampu merobek dagingmu, tetapi pisau di dunia nyata bisa benar-benar melakukannya.

Tidak ada gunanya populer di dunia maya tetapi hidup sepi dan sendiri di dunia nyata. Keduanya tetaplah harus seimbang. Dan seimbang tidak berarti sama rata, seimbang hari ini bisa berbeda dengan seimbangnya besok atau beberapa tahun lagi. Selamat menyusuri lika-liku dunia-dunia dalam hidup kita.

Comments

Popular Posts