A Credit for Rocky Gerung


Saya mengenal Rocky Gerung dari acara ILC yang diselenggarakan oleh TV One. Sejak saat itu saya mulai berselancar di jagad maya untuk mencari informasi mengenai Rocky Gerung. Dia seorang aktivis, dosen filsafat di UI, pendaki gunung, pendiri sekolah ilmu sosial, pendiri P2D (Perhimpunan Pendidikan Demokrasi), dan seorang male feminis. Setidak-tidaknya itulah yang saya tau mengenai Rocky Gerung.

Menelusuri Rocky Gerung melalui YouTube membawa saya pada kuliahnya di Video Jurnal Perempuan. Ia bercerita panjang lebar mengenai etika kepedulian dan etika lingkungan. Ini hal baru bagi saya yang tidak pernah mengulik filsafat, dan bagi saya ini sangat menarik.

Berawal dari situlah saya mulai menelusuri filsafat. Lalu bertemulah saya dengan banyak video ceramah filsafat, mulai daei komunitas salihara hingga video-video rekaman kuliah filsafat sehingga saya mengenal nama-nama seperti Karlina Supeli, Goenawan Mohamad, Ulil Abshar Abdalla, Saras Dewi, Budiman Sudjatmiko, Franz Magnis Suseno, dan lain-lain.

Berkat semua itu saya mulai mengerti sedikit-sedikit tentang feminisme, etika lingkungan, etika kepedulian, mitos, science, agama, dan tentu saja politik. Bahkan saya sampai beli buku Dunia Sophie yang sangat tebal itu.

Tak disangka-sangka beberapa kerabat juga mengalami apa yang saya alami setelah mengenal sosok Rocky Gerung.

Memang benar, kini Rocky Gerung cenderung condong membela satu sisi. Meski sesungguhnya dia memang sudah mengatakannya terang-terangan bahwa dia tidak akan disatu sisi tertentu dan akan memilih sisi yang lain.

Poin dari tulisan ini bukan dalam rangka membela satu sisi yang dibela oleh Rocky Gerung, melainkan sebuah ucapan terimakasih kepadanya sebab telah membukakan cakrawala baru.
Meski saya atau anda kini mungkin tidak setuju dengan langkah yang dia ambil, setidak-tidaknya kita harus mengakui bahwa Rocky punya andil dalam membangkitkan percakapan politik kita.

Pernyataan-pernyataan yang ia sodorkan membuat percakapan publik menjadi lebih berwarna. Dia sering memberi antitesis terhadap kabar-kabar yang beredar di masyarakat, dan itu tidaklah buruk. Justru argumen semacam itu diperlukan untuk menumbuhkan alternatif percakapan yang lain dan merangsang kita untuk berpikir.

Comments

Popular Posts