Beberapa Orang Berani Berhenti

Sebenarnya judul ini tidak cocok-cocok amat dengan apa yang ingin saya sampaikan. Tapi ya gapapa ya wong saya yang nulis hehe.

Di era teknologi informasi ini saya pikir buku cetak akan mulai ditinggalkan. Sebab kini mudah saja untuk mencari e-book diinternet. Lebih-lebih lagi ada salah satu majalah di Indonesia yang tidak menerbitkan lagi majalahnya versi cetak.

Namun ternyata dugaan saya salah besar. Di Jogja ternyata festival buku semakin marak. Setidak-tidaknya sudah ada tiga festival buku yang saya datangi sejak akhir tahun 2018 hingga awa tahun 2019 ini.



Even pertama yang saya datangi adalah Kampung Buku Jogja yang keempat di PKKH UGM. Even ini adalah even yang besar, memamerkan begitu banyak buku dan mengundang banyak bintang tamu. Setiap hari ada lebih dari 2 acara talkshow diselenggarakan. Pengunjunganya banyak sejak pagi sampai malam.

Buku-buku yang disajikan dalam even ini sangat menarik. Umumnya adalah buku-buku indie yang tidak bisa kita temukan di toko buku mainstream dan juga buku-buku lawas yang dijual dengan harga yang murah meriah.


Even yang kedua sebenarnya bukan festival, tetapi adalah diskonan buku yang dilakukan oleh the one and only yaitu Togasmas. Berkat even diskonan ini Togamas ramai sekali. Saya sempat datang pada hari pertama dan Togamas menjadi penuh sesak oleh orang-orang yang ingin membeli buku.

  
Sumber: Dokumen Penulis
Even yang ketiga adalah Patjarmerah. Ini even yang tidak disangka-sangka muncul. Sebanyak 8000 eksemplar buku ada di disini dengan diskon 30%-80% disertai dengan talkshow-talkshow yang menghadirkan orang-orang hebat dari dunia buku.


Parkirannya saja sampai tidak cukup untuk menampung jumlah kendaraan pengunjung sehingga harus meminjam bahu jalan disekitarnya.
 ***
Apa yang ingin saya sampaikan disini adalah meski buku elektronik kini begitu mudah didapatkan, masyarakat terutama anak-anak muda masih mau untuk “berhenti” menyempatkan diri untuk datang ke toko/festival buku dan membacanya. Membaca buku berarti mau meluangkan waktu, dan ini menjadi hal yang cukup langka ditengah hiruk-pikuk media sosial hari ini.
Membaca buku tidak hanya sekedar membaca, tetapi juga tentang romansa. Kesabaran untuk duduk tenang, kemauan untuk membuka halaman demi halaman, meraba tekstur kertas dan mencium baunya, melipatnya atau memberinya pembatas, memberi sampul pada covernya, mendiskusikannya dengan sahabat, hingga suatu saat kelak harus rela meminjamkannya pada orang lain, sebab meminjamkan buku seperti melepas anak ke tanah rantauan, bisa jadi ia tak pulang.


Comments

Popular Posts