Dunia Tanpa Hijab

 
Hari-hari ini telinga kita begitu populer dengan kata hijab. Kata ini diucapkan mulai dari ustad, toko online, hingga “Mbaknya cantik tapi lebih cantik lagi kalau pakai hijab. Mohon maaf sekadar mengingatkan 🙏”

Didalam khazanah Islam hijab digunakan oleh wanita-wanita muslim pada zaman Nabi Muhammad SAW guna membedakan antara wanita yang statusnya merdeka dan budak. Tujuannya adalah supaya wanita yang statusnya merdeka tidak diganggu oleh laki-laki.

Hari ini hijab digunakan sebagai penutup aurat. Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Batasan-batasan aurat sebenarnya bermacam-macam karena ijtihad (kesepakatan) ulama mengenai hal itu bermacam-macam pula. Batasan aurat bagi laki-laki umumnya hampir sama, tetapi batasan aurat bagi perempuan yang sering berbeda-beda. Ada yang mengatakan wajib berjilbab dan bercadar, ada juga yang mengatakan berjilbab saja sudah cukup, dan ada pula yang mengatakan bahwa tidak berjilbab tidak apa-apa yang penting memakai pakaian yang terhormat. Pilihan ini dikembalikan kepada diri masing-masing individu.

Selain itu, aurat sesungguhnya dapat kita artikan secara lebih luas. Aurat tidak hanya tentang tubuh, melainkan segala sesuatu yang tidak pantas untuk dikemukakan diruang publik. Aib rumah tangga misalnya, aib teman dan sahabat, rahasia perusahaan, hingga hal-hal seperti pandangan politik, kebenaran subjektif atau komunitas, keberadaan diri (sedang banyak pikiran dan ingin menyendiri misalnya) dan lain-lain.

Tulisan ini tidak akan membahas tentang hijab dalam khazanah Islam secara lebih lanjut. Namun cerita diatas ditulis untuk menggambarkan secara singkat mengenai peran hijab. Hijab tidak hanya untuk menutupi tubuh semata, tetapi secara luas kita membutuhkan hijab sebagai penutup ruang-ruang privasi kita.

***

Dewasa ini telah kita ketahui bersama mengenai pesatnya perkembangan teknologi informasi. Di WhatsApp kini kita dapat berbagi lokasi live kita sehingga orang yang kita chat dan kita kirimi lokasi live kita ia dapat memantau kemanapun kita pergi.

Google punya cerita yang lain lagi. Google kini canggih hingga bisa memberikan gambaran traffic jalanan yang akan kita lewati. Bagaimana bisa? Kini semua orang hampir bisa dipastikan memakai android dan umumnya menghidupkan fitur GPS-nya. Dari GPS itulah google mengambil data koordinat dimana kita berada lalu mengolahnya menjadi data traffic di google maps.

Selain itu google sesungguhnya selalu merekam GPS kita kapanpun itu tanpa kita ketahui. Ada satu fitur di google dimana kita bisa melihat rekaman lokasi-lokasi yang pernah kita kunjungi. Menakjubkan atau mengerikan? Bisa jadi kedua-duanya. Kalau misalnya saja data tersebut bocor, maka bisa saja akan dimanfaatkan untuk sesuatu yang tidak baik.

Facebook, Twitter, Instagram, dan platform sosial media lainnya biasanya menjadi bom waktu untuk beberapa orang terutama mereka yang berkecimpung di dunia politik. Pandangan politik manusia memang suka berubah-ubah dan seringnya hal itu menjadi senjata makan tuan bagi beberapa orang. Kita kini benar-benar harus berhati-hati di sosial media, bisa-bisa kita terkena bom waktu tersebut, bisa juga terjerat pasal-pasal yang tidak kita sangka-sangka.

Ramalan atau forecast perkembangan teknologi di masa depan dewasa ini sudah sering kita dengar dan lihat. Film-film science fiction telah menggambarkan bagaimana dunia di masa depan. Handphone sudah tidak ada lagi digantikan oleh sebuah gelang atau kalung yang berfungsi sebagai mini komputer yang dapat melakukan apa saja melebihi apa yang mampu dilakukan handphone hari ini. Selain film-film science-fiction, seorang profesor dan penulis buku Sapiens. Yuval Noah Harari, dalam bukunya yang baru Homo Deus memaparkan sejumlah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dimasa depan yang tak lama lagi, mulai dari manusia setengah robot hingga manusia super yang diintervensi oleh teknologi bahkan sejak ia berbentuk DNA.

 ***

Cerita diatas adalah sebuah gambaran betapa hari ini hijab telah ditanggalkan. Ruang-ruang privat kita berubah menjadi ruang publik. Tentu saja hal ini tidak murni kesalahan teknologi, tetapi merupakan kesalahan kita juga sebagai pengguna kurang berpikir secara lebih mendalam mengenai konsekuensi yang akan kita dapatkan.

Barangkali memang bukan perkara mudah untuk berpikir sedalam itu mengingat teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa hingga kita sendiri tidak mampu mengikutinya. Namun, bukan berarti kita lalu menyerah pada keadaan. Institusi pendidikan harus mulai berbenah untuk menyongsong semua ini. Teknologi dihari ini adalah sebuah keniscayaan yang ada dihadapan kita. Orang-orang filsafat harus memutar otak untuk merumuskan bagaimana nantinya etika hidup manusia ketika bersanding dengan AI. Orang-orang arsitektur harus berpikir secara lebih mendalam lagi mengenai esensi ruang di era teknologi ini. Orang-orang politik harus mulai mencari petunjuk bagaimana mengatur privasi warga negara, bagaimana mengatur warga negaranya yang mungkin tidak hanya manusia didalamnya tetapi juga ada robot.

Pada akhirnya tulisan ini mengajak kita semua untuk rethinking, berpikir kembali dan mungkin merenungi kehidupan ini. Bagaimana kiranya dunia yang tanpa hijab ini? Pernahkah terpikir dalam benak, bagaimana kiranya sebuah dunia dimana semua orang telanjang?

Comments

Popular Posts