Ngrasani Sebagai Metode

Sumber: memegenerator.net


Sebagai orang kampung di Jogja, ngrasani adalah sebuah frasa yang sangat familiar. Ngrasani dalam bahasa arab berarti ghibah, dalam bahasa Indonesia berarti menggunjing.

Semua masyarakat tau bahwa ngrasani adalah perbuatan yang kurang baik, tetapi pada praktiknya semua orang melakukannya. Bisa dikatakan ngrasani adalah sebuah dosa universal.

Konsep ngrasani ini merambat dan merembet dengan cara seksama dan sesingkat-singkatnya hingga menelurkan sebuah forum ngrasani berskala nasional bernama infotainment alis acara gosip selebriti. Acara ini mampu mengulik fakta-fakta dan tabir-tabir yang bahkan tak pernah kita sangka-sangka.

Hal ini menjadi menarik mengingat ngrasani di kampung juga memiliki satu ciri yang sama, yaitu kedalaman dan keberagaman informasinya sangat menakjubkan. Bila sedang membenci seseorang, ada saja hal-hal kecil yang ditemukan untuk memperkuat argumen bahwa seseorang itu pantas untuk dibenci. 

Sungguh hebat bukan? Namun, sayangnya hal seperti bukanlah hal yang baik. Tetapi bagaimana bila ngrasani ini kita jadikan sebagai sebuah metode? Tentu saja bukan sebuah metode yang bisa dijadikan langkah kerja dalam penulisan ilmiah, tetapi lebih kepada metode untuk mengobrolkan sesuatu (bukan ngobrolin orang ya, nanti sama aja hehe) bersama teman-teman di warung kopi.

Metode ini pernah saya coba bersama teman-teman kampus. Kami membuat sebuah forum diskusi kecil-kecilan bernama #ngrasaniarsitektur. Forum ini membicarakan isu-isu arsitektur yang dikemas secara santai, layaknya orang sedang menggunjing, tetapi yang digunjingi adalah isu arsitektur.

Hasilnya cukup menarik. Pandangan-pandangan objektif maupun subjektif dari masing-masing kepala memberi perspektif baru dalam melihat arsitektur. Hal-hal yang tidak pernah ditemukan di kampus bermunculan disini. Arsitektur tidak harus dibicarakan dalam forum resmi dan akademis karena pada dasarnya arsitektur adalah apa yang setiap hari kita alami.

Nyata-nyatanya sebagain besar orang yang menikmati arsitektur bukanlah arsitek. Dan merekalah yang sesungguhnya suaranya perlu didengar. Mana mungkin mereka kita suruh bicara mengenai keilmuan arsitektur? Jelas itu bukan bidang keahlian mereka. Maka, mari kita melaksanakan ngrasani arsitektur sebagai kritik atas arsitektur yang ada saat ini.

Maka mari kita jadikan ngrasani sebagai sebuah metode untuk mengkritik. Mari kita ngrasani hukum, ngrasani filsafat, ngrasani politik, ngrasani ekologi, ngrasani feminisme, ngrasani artificial intelligence, dan lain lain, yang penting jangan kebanyakan ngrasani tetanggamu heuheu.

Comments

Popular Posts